Thursday, 29 March 2012

23:14
Kawan, film adalah media sosial yang seringkali merupakan alat paling sempurna untuk menjelaskan sebuah propaganda. Film2 yang diproduksi Hollywood misalnya, setiap tahun memberikan dampak luar biasa bagi jutaan penonton karena membawa misi zionisme dalam bentuk pluralisme agama,
feminisme, isu lingkungan, terorisme, New Age Movement dan lain sebagainya. Jadi film, khususnya yang diproduksi secara besar2an dan direkayasa untuk meraih box office seperti The Matrix, Avatar, Harry Potter, Resident Evil dan lainnya didisain untuk menyisipkan pesan-pesan tertentu khususnya dalam menyambut rencana besar zionisme bernama Tatanan Dunia Baru.

Nah, apakah The Matrix itu sebenarnya? Saya rasa setiap dari Anda sudah pernah menonton film ini. Ketika Neo menanyakan apa yang dimaksud The Matrix, Morpheus memperlihatkan sebuah batere lithium padanya dan berkata, "What is the Matrix? Control. The Matrix is a computer generated dream world, built to keep us under control in order to change a human being into this (lithium battere)". Silakan baca juga buku Novus Ordo Seclorum hal. 123.
Jadi The Matrix adalah persoalan siapa mengendalikan siapa, atau siapa yang menguasai siapa. The Matrix adalah kasta. Dunia impian yang digeneralisir melalui komputer yang dibuat untuk merubah manusia menjadi batere litihium. Tentu tidak benar2 membuat Anda menjadi seperti batere :) akan tetapi sebenarnya memasung hak-hak individu Anda dalam penjara sebesar 5 milimeter bernama digital chip. Teknologi digital chip spt dijelaskan dalam buku Novus Ordo Seclorum, dan bagaimana konsep ini berawal dari barcode, credit card, RFID dan akan berakhir pada perbudakan umat manusia. Lithium batere yang dijelaskan oleh Morpheous adalah kandungan utama chip RFID yang saat ini selain digunakan sebagai National ID Card di Amerika Serikat, juga oleh negara2 UE, di beberapa negara Asia dan sekarang masuk ke Indonesia dalam bentuk E-KTP. Mengapa ini kemudian dianggap berbahaya apabila tidak dikontrol oleh pemerintah? Karena database E-KTP akan menampung seluruh data individu bahkan hingga yang paling pribadi sekali pun. Awalnya memang chip ini hanya diperuntukkan memfasilitasi data kependudukan, akan tetapi di beberapa negara metode spt ini telah menyatukan hampir seluruh informasi pribadi warga negara termasuk di dalamnya data pajak, SIM, data kesehatan hingga kelak pinjaman anda ke bank juga akan tercatat secara digital.

Database e-KTP harus Tunggal Terpusat
Mengingat kompleksitas keterkaitan antar record dalam database warganegara maupun antara database warga negara dengan database sistem informasi lainnya, sangat sulit dibayangkan jika database tersebut tidak tunggal. Memang ada arsitektur gubahan baru database tersebar (DRDA), tapi saya yakin itu bukan solusi untuk database warganegara. Bayangkan, antar record saja sudah saling kait mengkait. record kita dengan anak kita, isteri kita dan orang tua kita. Padahal belum tentu tinggal di kawasan yang sama. Jika setiap kawasan atau wilayah dikelola dengan database terpisah, integrasinya menjadi rumit.

Terlebih jika semua database tersebar, overhead akan semakin tinggi saat melakukan transaksi terkait dengan wilayah yang berbeda. Misalnya database SIM juga tersebar. Maka ketika seseorang pindah domisili dari Bogor ke Yogya, kode identitas harus berubah. Akibatnya database SIM juga harus berubah, database pajak dan database lain yang terkait dengan identitas orang tersebut harus berubah. (deru blogspot/2011/10/menyimak-e-ktp.html)

Nah coba dibayangkan jika database semua warganegara dan database kependudukan terpusat dalam satu server yang dimiliki pemerintah. Adakah jaminan server itu tidak bisa diakses oleh negara lain, sementara kita ketahui peralatan yang begitu mahal saja diimpor dari Amerika Serikat? Itu masih sebatas informasi saja, lalu bagaimana bila chip tersebut juga kelak diberi fasilitas GPS seperti yang telah dilakukan pada mobil2 Eropa, pada handphone dan sebagian mata uang euro? Itu berarti setiap jengkal langkah kita akan diketahui oleh mereka yang menguasai peradaban teknologi itu, tepat seperti kata Morpheus, The Matrix adalah persoalan kontrol, bagaimana umat manusia dikontrol dan dikuasai. Jadi KTP Anda kelak bukan lagi sekedar kartu plastik yang disisipkan di dalam dompet namun juga berfungsi sebagai alat pelacak. (Morpheus: The pill you took is part of a trace program. It's designed to disrupt your input/output carrier signal so we can pinpoint your location).

Matrix memang tidak secara langsung berbicara tentang fungsi2 E-KTP namun film ini menjelaskan gambaran besar apa yang akan terjadi pada umat manusia dalam beberapa tahun ke depan. Dan realisasi E-KTP adalah salah satu cikal bakal indentitas global warga dunia seperti yang sudah dipersiapkan oleh PBB dan UE.

E-KTP adalah resiko teknologi yang harus diterima dan sebenarnya tidaklah buruk namun program ini harus betul2 dikontrol oleh pemerintah, bila tidak database pribadi anda sebagai penduduk dan sebagai warga negara akan dimiliki oleh pihak lain yang tidak berkompeten untuk itu.
[oleh: Zaynur Ridwan, Kopas from: zilzal blogspot]
-----> NB: ini adalah hasil analisa, Allahu a'lam Bis Showab<-----

0 comments:

Post a Comment