Tuesday, 3 April 2012

20:31


Dalam salah satu sabdanya, Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Ka’bah itu adalah sesistim tanah di atas air, dari tempat itu bumi ini diperluas." Sabda Nabi ini menegaskan bahwa kota Mekah dimana Ka'bah berada, merupakan pusat bumi, dan penelitian ilmiah membuktikan hal ini.

Seperti dikutip dari berbafai sumber, termasuk dari VIVAnews Forum, salah satu yang mengetahui kebenaran sabda Rasululan adalah Neil Amstrong, astronot berkebangsaan Amerika yang menjadi orang pertama yang menginjakkan kakinya di bulan.
Ketika Amstrong sedang melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet bumi, ia berkata, “Planet bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?”

Selain Amstrong, astronot lain juga menemukan fakta bahwa planet bumi mengeluarkan semacam radiasi, yang kemudian diketahui sebagai medan magnet. Penemuan ini sempat mengguncang National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan antariksa Amerika Serikat, dan temuan ini sempat dipublikasikan melalui Internet. Namun entah mengapa, setelah 21 hari tayang, website yang mempublikasikan temuan itu hilang dari dunia maya, seolah memang sengaja dihapus demi kepentingan tertentu.

Namun demikian, keberadaan radiasi itu tetap diteliti, dan akhirnya diketahui kalau radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tempat dimana Ka’bah berada. Yang lebih mengejutkan, radiasi tersebut ternyata bersifat infinite (tidak berujung). Hal ini terbuktikan ketika para astronot mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih tetap terlihat. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub. Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Bahkan jika kita mengelilingi Ka’bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius.

Penelitian lainnya mengungkapkan, batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah museum di Inggris, ada tiga buah potongan batu dari Ka'bah tersebut, dan pihak museum juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda : "Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam."

Bukti lain

Prof. Hussain Kamel, seorang ilmuwan, juga menemukan fakta bahwa Mekah memang pusat bumi. Penemuan terjadi saat ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.

Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Mekah dan jarak antara benua-benua tersebut dengan Mekah. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.

Setelah dua tahun melakukan pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Mekah merupakan pusat bumi.

Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).

Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Mekah.

Dalam Al Qur'an, Allah berfirman; "Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..." (asy-Syura: 7)

Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Mekah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya.

Dulu, sebelum bumi menjadi seperti keadaannya yang sekarang, planet tempat tinggal manusia dan jin ini ditutupi air (samudera). Kemudian gunung api di dasar samudera meletus dengan dahsyat, memuntahkan lava dan magma dalam jumlah yang teramat banyak, yang kemudian membentuk gundukan tanah serupa bukit. Di bukit ini lah Ka’bah berdiri. Studi ilmiah membuktikan, batu basal yang ditemukan di kota Meka merupakan batuan purba. Jadi jelas, setelah kawasan Mekah terbentuk, daratan meluas hingga seperti saat ini.


[sumber: sang pemburu berita blogspot,,, thank's..]

0 comments:

Post a Comment