Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Alloh menghendaki hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Alloh segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Alloh menghendaki keburukan untuknya maka Alloh akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan gharib, lihat as-Shahihah [1220])
Di dalam hadits yang agung ini Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa ada kalanya Alloh ta’ala memberikan musibah kepada hamba-Nya yang beriman dalam rangka membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dosa yang pernah dilakukannya selama hidup. Hal itu supaya nantinya ketika dia berjumpa dengan Alloh di akherat maka beban yang dibawanya semakin bertambah ringan. Demikian pula terkadang Alloh memberikan musibah kepada sebagian orang akan tetapi bukan karena rasa cinta dan pemuliaan dari-Nya kepada mereka namun dalam rangka menunda hukuman mereka di alam dunia sehingga nanti pada akhirnya di akherat mereka akan menyesal dengan tumpukan dosa yang sedemikian besar dan begitu berat beban yang harus dipikulnya ketika menghadap-Nya. Di saat itulah dia akan merasakan bahwa dirinya memang benar-benar layak menerima siksaan Alloh. Alloh memberikan karunia kepada siapa saja dengan keutamaan-Nya dan Alloh juga memberikan hukuman kepada siapa saja dengan penuh keadilan. Alloh tidak perlu ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya, namun mereka -para hamba- itulah yang harus dipertanyakan tentang perbuatan dan tingkah polah mereka (diolah dari keterangan Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz al-Qor’awi dalam al-Jadid fi Syarhi Kitab at-Tauhid, hal. 275)
Setelah kita mengetahui betapa indahnya sabar, maka sekarang pertanyaannya adalah: sudahkah kita mewujudkan nilai-nilai kesabaran ini dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menjadikan sabar sebagai pilar kebahagiaan kita? Sudahkah sabar mewarnai hati, lisan, dan gerak-gerik anggota badan kita? [sumber: indahnya bersabar.wp.com]
Tuesday, 15 November 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment